halaman7.com – Redelong: Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Aceh, Armia mengatakan, apa yang disampaikan Menkop dengan pembiayaan lewat Lembaga Pengelolaan Dana Bergilir (LPDB) untuk membiayai pembelian kopi, sebenarnya menjadi angin segar bagi petani di Gayo.
“Untuk itu, semua pelaku kopi harus benar-benar menyiapkan diri. Menyambut skema yang ditawarkan Menkop ke Bupati Bener Meriah beberapa waktu lalu,” kata Armia, ketika dihubungi Senin 16 November 2020.
Pernyataan itu diberikan Armia, memberikan tanggapannya terkait pertemuan antara Bupati Bener Meriah, Abuya Sarkawi dengan Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki beberapa waktu lalu. Mereka membahas harga kopi Gayo yang anjlok di tengah pandemi ini.
Menurutnya, pelaku kopi saat ini menunggu bagaimana regulasi dalam skema yang ditawarkan tersebut. Tinggal bagaimana teknisnya saja. Karena disitu disebutkan pembiayaan LPDB itu kan bukan di Aceh, tapi di luar Aceh.
“Maka skemanya dulu bagaimana. Agar pelaku kopi bisa menyiapkan diri, jika ingin memanfaatkan skema ini,” tegas Armia.
Kalau tidak siap, lanjut Armia, maka tawaran ini akan sekedar lewat saja. Maka yang paling penting itu, skemanya tadi.
Lain itu, Armia mengatakan saat ini harga kopi Gayo di pasaran sudah mencapai Rp8 ribu hingga Rp8,5 ribu per bambu. Dari harga yang sebelumnya hanya dikisaran Rp6 ribu perbambu.
Meski harga masih jauh dari normal, Armia mengatakan hingga saat ini belum terjadi penolakan pembelian di petani oleh pedagang.
“Artinya kita bersyukur kopi Gayo itu masih dibeli, tidak ada yang menolak, meski harga belum normal,” kata Armia.
INFO Terkait:
- Terkait Harga Kopi Gayo, Menteri Koperasi Kirim Tim ke Bener Meriah
- Harga Kopi Naik, Penyebaran Covid-19 Menurun di Bener Meriah
Dollar Turun
Pun begitu, Armia mengatakan, harga yang dipatok saat ini masih saja bisa berkurang lantaran pemilihan presiden Amerika yang dimenangkan Joe Biden membuat harga dollar turut turun.
“Pelaku pasar memprediksi dollar akan sampai ke Rp13. 500,” kata Armia.
Ketika ditanya masalah pengiriman kopi Gayo ke negara buyer. Armia menyebutkan saat ini, para eksportir masih terkendala dengan kapal yang transit di Singapura.
“Kalau dari Belawan itu, tidak ada lagi masalah. Sekarang, saat transit di Singapura, itu yang susah. Ada teman-teman yang sudah sebulan tertahan disana, tidak bisa berangkat barangnya,” terang Armia.
Kondisi seperti ini, sebelum Covid-19 juga sering terjadi, apalagi di akhir tahun. Semua ekportir berlomba-lomba mengirimkan barangnya. Mudah-mudahan bisa cepat dikirim, agar tidak lagi terjadi penumpukan kopi.[ril | red 01]