halaman7.com – Banda Aceh: Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Banda Aceh mengadakan diskusi daring bertema ‘Peran guru dalam edukasi protokol kesehatan dan vaksinasi’, Senin 30 Agustus 2021.
Diskusi tersebut menghadirkan tiga narasumber. Alhudri (Kepala Dinas Pendidikan Aceh). Zulfikar (Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia Banda Aceh), Saifullah Abdulgani (Juru bicara satgas penanganan Covid-19). Penanggap dalam diskusi ini, Risang Rimbatmaja (Communication of development Unicef), dan moderator Zulkarnaini Muchtar dari AJI Banda Aceh.
Kadis Pendidikan Aceh, Alhudri mengatakan, anak-anak sudah lelah sama daring, mereka rindu luring.
Alhudri menyebutkan, data terbaru 10 ribu lebih tenaga pendidik sudah divaksin. Sementara untuk vaksinasi murid, harus disosialisasikan lagi.
Pihaknya mengupayakan agar tim vaksin yang turun ke sekolah-sekolah. Baik boarding school atau pun bukan. Jumlah peserta didik se-Aceh yaitu 180 ribu lebih. Sementara usia vaksinasi Covid-19 untuk anak-anak yaitu, umur 12-17 tahun.
Mengutip data Unicef, 1 dari 19 pasien Covid-19 adalah anak-anak. Sementara 1 dari 23 pasien Covid-19 yang meninggal adalah anak-anak. Artinya, kalangan usia anak tidak lepas dari ancaman virus tersebut.
Saifullah Abdulgani mengatakan, peran guru besar. Lembaga pendidikan bisa membentuk prilaku baru, budaya protokol kesehatan. Kasus Covid-19 yang naik lebih karena faktor prilaku dan untuk mengubah nilai dalam masyarakat ada 7 tahap.
“Kita menuju proses ke sana,” imbuh Juru bicara satgas penanganan Covid-19.
Sementara itu, kalangan dewan guru dan wali murid juga menyampaikan keresahan serupa terkait pandemi.
Sebut saja, sistem belajar daring yang menemui banyak kendala. Mulai dari ketersediaan perangkat, jaringan, hingga komitmen dari orangtua siswa. Di sisi lain, orang tua tidak disiapkan untuk menjadi pengajar.
INFO Terkait:
Melawan Hoaks
Sementara untuk vaksinasi, para guru harus berperang melawan hoaks terkait Covid-19 yang beredar luas di masyarakat.
“Ada sekolah murid datang ke sekolah pakai pakaian bebas. Kalau Prokes kenapa tidak? Kenapa hanya sekolah yang dibatasi,” tanya Rina Fitri, guru dari salah satu SMA di Banda Aceh dalam sesi diskusi.
Saifullah Abdulgani atau yang akrab disapa SAG menjelaskan, kebijakan tersebut berdasarkan resiko. Pandemi Covid-19 memasuki tahun kedua sementara pedoman penanggulangan Covid-19 sudah tujuh kali berubah.
SAG menegaskan, itu bukan bentuk inkonsistensi pemerintah, tapi didasarkan perkembangan dan hasil penelitian.
Zulfikar dari PGRI Banda Aceh menyatakan hal di atas bersifat kasuistik. Komiten pihaknya menjadi corong pemerintah dalam perang melawan pandemi.
Sementara, Risang Rimbatmaja dari Unicef menawarkan pola komunikasi yang persuasif lewat pendekatan personal. Pola tersebut lebih efektif karena lebih menggugah kesadaran.[ril | red 01]