Pembaca halaman7.com yang berbahagia.
GEMPA dan tsunami Aceh yang menguncang dan menghempas bumi ‘serambi mekah’ Minggu 26 Desember 2004, silam, masih terus membekas diingatan setiap para korban yang ikut merasakannya.
Ratusan nyawa melayang, anak menjadi yatim dan piatu, suami menjadi duda, istri menjadi janda. Harta benda lenyap seketika, mayat-mayat berserakan, bangunan luluh lantak. Di saat itu, betapa kecil dan kerdilnya hamba di hadapan Sang Pencipta.
Luka itu secara berlahan dan butuh waktu yang amat lama, mulai di obati, dirawat hingga benar-benar baik. Ratusan negara di dunia bersimpati untuk kembali membawa Aceh bangkit dari kehancurkan akibat bencana alam terdahsyad dimuka bumi dalam abad ini.
Bumi Aceh yang tengah bertikai dan bersimbah darahpun berhenti. Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdaka (GAM) menurunkan tensi dan ego masing-masing untuk bisa berdamai, demi Aceh yang lebih baik lagi di masa depan.
Tepat 15 Agustus 2005, Pemerintah Indonesia dan GAM akhirnya bersepakat berhenti menumpahkan darahnya di bumi Aceh, lewat perundingan Helsinky di Finlandia, yang kemudian dikenal dengan MoU Helsinky.
Hari ini, Kamis 26 Desember 2024, 20 tahun sudah luka itu berlalu. Aceh terus berbenah menjadi daerah yang bisa maju dan berkembang, layaknya provinsi maju lainnya yang ada di Indonesia.
Begitu pesat pembangunan Aceh meski tak merata di semua daerah, seakan menina bobokan kita akan bencana tersebut. Peringatan atau mengenang tsunami Aceh hanya menjadi acara seremonial. Seakan masing-masing komponen bergerak sendiri, tidak ada yang fenomenal dari peringatan tersebut.
Ini butuh perhatian serius dari semua pihak, terutama pemerintah. Jangan sampai gempa dan tsunami Aceh ini, kelak 30-50 tahun mendatang, hanya menjadi cerita legenda. Dimana, konon di Aceh pada tahun 2004, ada gempa dan tsunami yang memporak porandakan daerah ini.
Jangan jadikan gempa dan tsunami Aceh ini, menjadi dogeng atau legenda bagi generasi Aceh yang lahir pada saat ini. Dimana, konon saat kakek dan nenekanya masih anak-anak dan muda, ada bencana alam yang namanya tsunami.
Mari terus belajar dan mengambil hikmah besar yang bisa menjadikan gempa dan tsunami Aceh sebagai satu peristiwa yang menjadikan Aceh sebagai daerah laboratorium bumi terbesar, akan satu bencana besar di dunia.
Wariskan pengalaman dan cerita tsunami menjadi satu peristiwa reil terjadi. Hingga suatu saat nanti, luka dalam yang terjadi 20 silam lalu tak dialami anak cucu dan generasi Aceh yang akan datang.
Ingat, siklus alam, pasti akan berulang dimasa yang berbeda.[]
Respon (1)