Al-Falah, Masjid Megah Hasil Swadaya Masyarakat

Masjid Al-Falah Lamjampok, Aceh Besar.[FOTO: h7 - iranda novandi]

Catatan: Iranda Novandi

MENYUSURI setiap jengkal tanah Aceh, maka yang teramat istimewa terlihat adalah berdirinya masjid-masjid nan megah yang tersebar di seluruh pelosok negeri ini. Keberadaan masjid bagi masyarakat Aceh merupakan spirit dalam membumikan Islam di negeri Serambi Mekah ini.

Masjid bukan saja sebagai sarana ibadah bagi umat muslim, namun juga sebagai tempat mengembangkan ilmu tentang Islam itu sendiri. Karena lewat masjidlah generasi Islam masa depan Aceh terbangun.

Terutama saat bulan suci Ramadan seperti saat ini. Itulah yang tergambar, saat halaman7.com menginjakan kaki di komplek Masjid Al-Falah yang terletak di Desa Paleuh Blang, Lamjampok, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar.

Al-Falah Lamjampok, bukanlah masjid besar layaknya masjid-masjid di perkotaan. Namun, masjid yang dibangun hasil swadaya masyarakat ini terlihat sangat megah dan berdiri kokoh di samping Pasantren Modern Al-Falam Abu Lam U.

Masjid ini memiliki tiga kubah. Kubah utama berdiri di tengah dengan ukuran lebih besar dari dua kubah lainnya yang mengapit di sisi kiri dan kanan. Masjid yang dibangun dengan arsitektur modern ini, terasa sangat kuat dengan corak releginya.

Pada bagian sisi dalam masjid, pada mihrab terdapat kaligrafi yang konon ka­ta­nya merupakan hasil karya para santri Pa­san­tren Abu Lam U. Coretan kaligrafi itu semakin memperindah masjid yang berdin­ding kaca itu.

Masjid tersebut juga memiliki dua tempat wudhu yang terpisah untuk laki-laki dan perempuan. Tempat wudhu laki-laki didesain dalam dua fungsi. Fungsi pertama dengan meng­gunakan air kran layaknya masjid-masjid di perkotaan. Satu fungsi lagi dengan meng­gunakan air dalam tampungan bak yang melingkar.

Air wudhu dalam bak atau kolam mini, merupakan ciri khas tempat wudhu masjid-masjid Aceh tempo dulu. Di mana masya­rakat langsung bisa mengambil wudhu dengan merendam tangan dan mencuci muka langsung dari air yang tertampung di kolam.

Baca Juga  Polres Aceh Timur Berbagi dengan Anak Yatim

Tempat wudhu dengan menggunakan air dua kullah itu, merupakan upaya pelestarian muatan lokal yang harus dijaga kebera­daannya. Jadi, meski pun masjid dibangun dengan gaya modern, namun muatan lokal tetap tidak ditinggalkan.

Rasanya, bila jalan-jalan ke Ingin Jaya, Aceh Besar akan rugi besar bila tak singgah ke Masjid Al-Falah untuk menunaikan shalat. Apalagi dalam bulan suci Ramadan seperti sekarang ini, bila sudah masuk dan salat di masjid ini, rasanya ingin tinggal berlama-lama.

Masjid itu menjadi pusat ibadah Mukim Lamjampok. Menurut Ustaz Nasa’i yang merupakan guru di Pasantren Abu Lam U, banyak aktivitas yang dilakukandi masjid itu, terutama dalam menyambut hari-hari besar agama Islam.

 Pusat Ibadah

“Masjid Al-Falah ini benar-benar menjadi pusat ibadah dan pengembangan agama Islam,” ujarnya saat dijumpai sedang melakukan ujian hafal Alquran bagi para santri pasantren tersebut selesai salat Ashar.

Menurut Nasa’i, masjid ini dibangun dari hasil swadaya masyarakat setempat. Baik yang masih menetap di Kemukiman Lam­jam­pok maupun yang sudah berkarir dan ting­gal di Banda Aceh atau daerah lainnya di Aceh bahkan Indonesia.

“Masjid ini murni swadaya masyarakat tanpa ada bantuan dari pemerintah atau pihak lainnya,” ujarnya.

Secara umum, dapat diuraikan, Pasantren Al-Falah Abu Lam U adalah sekolah yang siswanya belajar dan tinggal bersama di asrama. Di sekolah ini terdapat tingkat SMP dan SMA. Para siswa belajar tiga bahasa asing, yaitu Bahasa Inggris, Arab dan Jerman.

Dalam dua atau tiga tahun terakhir, seluruh siswa dari kelas sepuluh sampai kelas duabelas belajar Bahasa Jerman, dua jam per minggu. Pasantren ini memiliki dua guru Bahasa Jerman.

Pasantren yang berjarak sekitar 20 km dari Kota Banda Aceh ini, para siswa tidak hanya memiliki kesempatan belajar agama, ilmu pengetahuan, tarian tradisional dan juga pramuka, tetapi juga dapat berolahraga, seperti bola basket, sepak bola, pencak silat, bulutangkis, dan olahraga lainnya.

Baca Juga  TNI AD Buka Kesempatan Anak Aceh Jadi Perwira

“Pasantren yang dirikan pada 2 Juli 1992 di bawah pimpinan Abu Attaillah, juga me­miliki laboratorium bahasa, kimia, fisika, biologi dan juga dua laboratorium kom­puter,” jelasnya.

Pasantren tersebut diambil dari nama Abu Lam U, yang memiliki nama asli Abdullah bin Umar bin Auf Lam U. Ulama kharis­matik Aceh Abu Lam U ini di Lam U Aceh Besar pada penghujung abad ke-19, yaitu tahun 1888 M (1305 H).

Menurut catatan sejarah, pada masa kelahirannya, kerajaan Aceh baru beberapa ta­hun memulai perang melawan agresi Be­landa. Jadi, dalam kondisi demikianlah ula­ma ini tumbuh dan berkembang serta dibina oleh ayahnya, sehingga menjadi ulama yang memiliki nama yang cukup popouler, khususnya di bidang keagamaan.

Abu Lam U adalah putra Tgk Chik Umar Lam U, ulama asli Aceh yang memiliki keahlian dalam ilmu Fiqh dan hafidz Alquran. Ayah Abu Lam U memiliki 3 orang istri, seorang berasal dari Yan (Malaysia).

Dari istrinya ini lahir 2 ulama besar, yaitu Tgk Ahmad Hasballah Indrapuri yang populer dengan nama Abu Indrapuri (lahir pada 1888 M/1305H), dan Tgk Muhammad Dahlan atau Tgk. Madhan, yang bergelar Tgk. Chik di Yan (lahir pada tahun 1891 M/1308H). Isterinya yang kedua bernama Nyak sunteng berasal dari Lam U.

Abu Lam U merupakan salah seorang tokoh intelektual muslim Aceh abad XX. Ia juga merupakan ulama yang aktif dan produktif. Aktif berarti mau menulis dan hal ini terbukti dengan adanya tiga risalah yang ditinggalkannya, yaitu: Munjiatul Anam (Penyelamat Manusia), Mursyidul Anam (Penuntun Manusia), dan Sejarah Nabi Muhammad.

Sedangkan, produktif dalam arti bahwa karyanya, terutama Munjiatul Anam, banyak digunakan masyarakat Aceh, terutama di desa-desa di kawasan Aceh Besar, hingga saat ini.

Baca Juga  Polwan Polres Gayo Lues Bagi Takjil di Jalan

Putra Tgk Umar ini mengajarkan ilmu aga­ma dengan menggunakan pendekatan syair tampak menjadi strategi yang jitu, khu­susnya penyampaian bagi masyarakat awam, karena cara tersebut tidak terkesan memaksa dan tidak pula membuat masyarakat jenuh.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *