halaman7.com – Banda Aceh: Publik Aceh kembali ramai saat media memberitakan Muzakir Manaf berencana mengandeng Ramli MS sebagai pendampingnya calon wakil Gubernur pada Pilkada 2024.
Sebagaimana diketahui, Partai Aceh jauh-jauh hari sudah mendeklarasikan Muzakir Manaf (Mualem) sebagai calon gubernur pada Pilkada 2024. Untuk wakilnya belum ada dan belum diputuskan.
Atas pemberitaan tersebut, tentu ada pro dan kontra, terkait duet pasangan Mualem dan Ramli MS. Khusus para simpatisan Partai Aceh. Namun itu hal yang biasa dalam ruang demokrasi.
Namun menjelang sehari kemudian juru bicara Partai Aceh mengklarifikasi, penentuan calon wakil gubernur mendampingi Mualem belum final. Belum ada keputusan Partai Aceh. Hingga akhirnya isu ini, tidak lagi menjadi hangat.
Menanggapi hal ini, pemerihati sosial politik Aceh, Usman Lamreung, menilai memang Partai Aceh dan Mualem sudah istiqamah maju merebut kursi nomor satu Aceh pada Pilkada 2024. Partai lain sepertinya masih malu-malu dan belum pede saja. Memang baru-baru ini muncul dari Partai nasional (PKS) yaitu M Nasir Jamil, namun masih malu-malu.
Dikatakan, Partai Aceh sejak 2020 sudah mendeklarasikan Mualem sebagai calon gubernur Aceh, dan ini sudah final, tidak ada nilai tawar lainnya.
“Namun sejak di deklarasikan Mualem sebagai calon gubernur. Kita belum melihat visi masa depan Aceh, dan program program unggulan Aceh keluar dari berbagai ketinggalan dengan Propinsi lain,” ujar Usman, Kamis 9 September 2021.
Menurut Usman, Partai Aceh masih berkutat pada isu-isu MOU dan berbagai turunan implementasi UUPA. Padahal dalam berbagai turunan tersebut perlu disiapkan program-program skala periotas Aceh masa depan, yang selanjutnya dijual pada rakyat.
Skala Prioritas
Karenanya, akademisi Unaya ini menyarankan, seharusnya, Partai Aceh mempersiapkan program skala periotas harus disiapkan bila Aceh berakhir anggaran DOKA/Otsus. Karena dampak berakhir anggaran Otsus tersebut sangat besar.
“Ini harusnya menjadi dasar pijakan, agar masa depan Aceh tetap mampu keluar dari kemiskinan, dan mendapatkan kesejahteraan,” ujar Usman.
Dalam amantan Usman, seorang calon gubernur sudah harus punya obat jitu. Agar Aceh terobati dan sembuh kembali dari sakit. Kembali bangkit biarpun dana otsus berakhir. Harus ada konsep, dan visi yang jelas. Agar masa depan Aceh yang dicita citakan para syuhada tercapai.
Partai Aceh Pilkada/Pileg 2024, juga harus menjadi pertimbangan. Karena ini masa-masa sulit. Tentu menjadi pertarungan hebat untuk mampu merebut kembali hati rakyat Aceh. Bila hati rakyat Aceh tidak lagi bersama dengan Partai Aceh. Ini tentu akan menjadi dilematis. Pastinya kekuatan politik lokal runtuh, tanpa lagi bargaining dengan pemerintah pusat.
“Pada akhirnya apa yang diperjuangkam selama ini menjadi sia-sia,” ungkapnya.
Pemilih Ideologis
Ini menjadi PR besar buat Partai Aceh, pada Pileg/Pilkada 2024. Pemilih bukan lagi rakyat Aceh ideologis. Namun rakyat Aceh milinial yang sangat sedikit memahami sejarah perjuangan Aceh. Tentu bakal sangat sulit buat Partai Aceh untuk menyakinkan mereka memilih Partai Aceh dan kader Partai Aceh.
Maka sudah seharusnya, lanjut Usman, Partai Aceh tidak lagi anggap dirinya sebagai kekuatan lokal saat ini. Bila sampai saat ini masih belum melakukan reformasi internal. Termasuk pengkaderan. Agar berbagai dampak yang akan terkadi bisa di antisipasi dan masa depan partai Aceh masih tetap menjadi pilihan hati rakyat Aceh.[ril | red 01]