halaman7.com – Banten: Kekosongan Wakil Gubernur Aceh yang terjadi sampai saat ini, adalah sesuatu yang tidak patut. Ini menjadi sebuah gambaran bahwa Aceh sedang ditimpa krisis kepemimpinan politik.
Mantan Aktivis GAM di Denmark, Tarmizi Age menyebutkan, kokosongan Wakil Gubernur Aceh sejak Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) menandatangani persetujuan pelantikan Ir Nova Iriansyah MT sebagai Gubernur Aceh definitif sisa masa jabatan 2017-2022 pada Kamis 5 Nopember 2020, adalah sebuah kemunduran politik paska Pilkada 2017 di Aceh.
“Ketika Pilkada di gelar. Sejumlah partai politik kelihatannya sangat bersungguh-sungguh. Orang-orang bekerja siang dan malam, untuk memenuhi keinginan politiknya,” ujar Tarmizi dari Banten, Selasa 2 Februari 2021.
Namun kenapa ketika Wakil Gubernur kosong, tidak ada yang bisa mengisi posisi itu sampai sekarang. Apakah ini petanda Pilkada mulai tidak penting untuk Aceh?
“Untuk apa sebenarnya Pilkada Aceh digelar saban 5 tahun. Jika untuk mengisi posisi wakil Gubernur yang kosong saja tidak ada orang, Aceh gagal memaknai Pilkada,” kata Tarmizi Age.
Hanya setahun Aceh dipimpin Gubernur Irwandi Yusuf – Nova Iriansyah, hasil Pilkada 2017. Selepas itu, sampai sekarang Aceh diurus oleh Nova sendirian, tanpa wakil.
Walau tidak menafikan, sosok Nova dinilai berhasil melalui berbagai rintangan, halangan dan badai dalam menerajui pembangunan Aceh. Terutama sebagai Plt Gubernur dan kemudian sebagai Gubernur Aceh sisa masa jabatan 2017-2022.
“Tapi untuk wakilnya yang masih kosong dan belum ada. Ini saya kira sesuatu yang tidak masuk akal. Karena itu adalah posisi basah yang selalu didambakan para politikus. Atau memang benar. Jangan-jangan Aceh kekurangan pemain politik (politikus),” sebut Tarmizi Age.
Tarmizi Age yang terpaksa hijrah ke Banten karena gagal dapat kerja di Aceh, berharap, bangku Wakil Gubernur Aceh yang sudah lama tidak bertuan itu, bisa terisi dalam waktu dekat. Agar keseimbangan dan kepemimpinan Aceh lebih baik lagi kedepan.[ril | red 01]
