Habib Jakfar bin Syaikhon Assegaf, Al Qur’an Berjalan dari Pasuruan

ALLAH SWT memberikan keistimewaan kepada Habib Jakfar sejak kecil. Di usia belia ia sudah menghatamkan Al-Qur’an, wajarlah setelah dewasa orang menyebutnya Al-Quran berjalan.

Sekitar bulan Zulhijjah 1298, Habib Jakfar bin Syaikhon lahir di desa Ghurfah. Ia anak dari seorang waliyullah di jamannya yakni Habib Syaikhon bin Ali bin Hasyim Assegaf dan Ruqayyah binti Muhammad Manqusy.

Pada Minggu 8 Januari 2023, puluhan ribu orang memenuhi masjid al Anwar Pasuruan. Ini adalah puncak haul ke 69 Habib Jakfar bin Syaikhon Assegaf. Seorang wali, ahlil Quran dari Pasuruan.

Usai belajar ilmu al-Qur’an dengan ayahnya dan ulama-ulama besar Hadramaut. Ia merantau ke Haramain untuk belajar berbagai ilmu agama dengan para ulama besar. Seperti Habib Idrus bin Umar Al-Habsyi, Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi (sohibul Maulid Simthud Duror), Habib Ahmad bin Hasan Al-Atthas, Habib Husein bin Muhammad Al-Habsyi (mufti Haramain), Habib Muhammad bin Salim As-Sary, dan Habib Muhammad bin Ahmad Ak-Mukhdor.

Pada 1319, H Habib Jakfar berkunjung ke Indonesia dan hidup berpindah-pindah dari satu kota ke kota lainnnya selama satu tahun lamanya. Selepas itu Habib Jakfar kembali Mekkah Al Mukaramah untuk bermukim. Sekaligus berlajar Habib Husein bin Muhammad Al Habsyi (Mufti Haramain) dan Habib Muhammad bin Salim As-Sary hampir selama 8 tahun. Melihat kecerdasan Habib Jakfar, kedua gurunya itu menyuruhnya untuk menghafal Al-Qur’an.

Ketika merasa ilmunya cukup. Habib Jakfar pulang ke kampung halamanya yaitu Ghufrah (Hadramaut). Beliau menjadi imam dan khatib di masjid jami selama 8 tahun. Kemudian hijrah ke kota Tarim dan mengajar di sana selama 2 tahun. Di Tarim itulah, Habib Jakfar berhasil membina banyak ulama di sana.

Tepat berumur 40 tahun, tepatnya pada 1338 H. Habib Jakfar hijrah ke Indonesia dan tinggal di Surabaya. Sebagaimana kunjungan pertama, Habib Jakfar sering berpindah tempat dari satu kota ke kota lainnya.Kota Bondowoso merupakan kota yang paling sering disinggahi. Karena di kota itu tinggal salah seorang gurunya yakni Habib Muhammad bin Ahmad Al-Mukhdor.

Pasuruan

Rupanya Allah SWT memilih pasuruan menjadi tempat tinggal dan persinggahan terakhir. Agar penduduknya mendapat berkah hingga beliau wafat. Di kota Santri ini, Habib Jakfar mendirikan majlis dzikir dan hizib. Majlis ini berlanjut hingga sekarang dan diteruskan tanpa mengalami banyak perubahan oleh salah seorang cucu beliau yakni Habib Taufik bin Abdulqadir bin Jakfar Asseggaf. Bahkan, hampir seluruh masjid dan mushala di Pasuruan mengamalkan wirid tuntunannya.

Al Habib selalu memberikan bimbingan dan nasehat kepada masyarakat dengan sabar. Sehingga masyarakat kota kecil di jaur pantura jawa timur ini menjadikan beliau tempat rujukan untuk segala urusan.

Beliau juga kerap menjadi juru damai antara pihak-pihak yang bertikai. Karena itu tak berlebihan jika masyarakat dari semua kalangan baik masyarakat awam, ulama bahkan auliya’, baik yang dikenal maupun tidak mencintai dan memuji Habib Jakfar.

Itu disebabkan, generasi penerus pasca beliau di kota pasuruan adalah santri-santrinya yang telah menjadi ulama-ulama besar. Diantaranya Kyai Mas Imam bin Thohir dan al arif billah KH Abdul Hamid.

Baca Juga  Fajri Kalah, Final Denmark Open 2023 Milik Bakri

Kayai Abadul Hamid dikenal sebagai kyai paling tawadhu’ dan sangat ta’dzim terhadap Habib Jakfar. Bahkan, ketika ziarah ke makam Habib Jakfar, KH Abdul Hamid tidak berani duduk lurus pada posisi di kepala, beliau selalu duduk lurus dengan posisi kaki habib Jakfar.

Gurunya sendiri, Habib Muhammad Al-Muhdor sangat menghormati Habib Jakfar. Bahkan memberinya gelar “Al-Quran”. Tidak jarang ketika Habib Jakfar berziarah ke rumah gurunya itu, disembut dengan hangat dan penuh penghormatan. Seraya berkata, ”Ahlan bil Qur’an wa ahlan bi ahlil Qur’an.” (Selamat datang Al-Qu’ran dan selamat datang ahli Al-Qur’an).

Bahkan Habib Muhammad Al Muhdor selalu menunjuk Habib Jakfar untuk menjadi imam shalat. Karena dalam shalatnya, beliau membaca Al-Qur’an dengan baik, bertajwid dan dengan hati yang khusyu’. Kekhusyukan dan kehadiran hati beliau ini meliputi para makmum. Sehingga mereka semua shalat dengan khudur dan khusyu’.

Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi (Surakarta) bahkan berkata, ”Ketika mendengar bacaan Habib Jakfar, aku mengikuti pendapat yang mengatakan pembacaan fatihah di belakang imam dalamm shalat jahriyah tidak wajib karena khudur yang kurasakan.”

Begitu fasehnya bacaan Habib Jakfar, salah seorang Habib pernah berkata, “Kalau Habib Jakfar membaca Al-Qur’an maka setiap huruf yang beliau ucapkan itu seakan-akan berbentuk.”

Julukan “Al-Quran” untuk Habib Jakfar bin Syaikhon itu sangat tepat. Pasalnya, hafalan, bacaan dan pemahaman Habib Jakfar terhadap Al-Qur’an cukup kuat. Habib Jakfar mengeluarkan berbagai ilmu dari Al-Qur’an dan pemahaman-pemahaman yang baik. Begitu kuatnya hafalan dan pemahamannya hingga tidak jarang menentukan tanggal dengan ayat Al-Qur’an.

Ketika Habib Ali bin Abdurahman Al-Habsyi membangun masjid di Kwitang Jakarta, Habib Jakfar mencatatnya dengan firrman Allah SWT, ”Dan Sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (QS AL Hijr :99).

Jumlah huruf yang ada dalamayat ini menurut hitungan abjad Arab adalah 1356, persis dengan tahun pembangunan masjid itu tahun 1356 H).

Habib Jakfar juga mencatat tahun selesainya pembangunan Masjid Riyadh, Gurawan Pasar Kliwon Solo dengan firman Allah SWT: ”Lalu mereka menjadi orang-orang yang menang (dikenal),” (QS As-Shaf, 14), yang huruf berjumlah 1354. Ayat itu sebagai pertanda bahwa habib Alwi bin Ali Al Habsyi akan menjadi ulama masyhur (terkenal) menggantikan ayahnya Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi.

Suatu saat beliau menerangkan rahasia asmaul khusna, beliau mengatakan, ”Isim Dzat yang paling tinggi adalah Allah SWT, sedangkan anama-nama sesudahnya adalah sifat. Sifat pertama adalah Ar-Rahman dan terakhir adalah As-Shabur.

Jumlah huruf masing-masing kedua sifat Allah itu sama yaitu 298. Jika semua makna ayat Al-Qur’an. Hadist-hadist Nabawiy dan pemahaman –pemahaman sufistik beliau dicatat akan banyak yang dapat dikumpulkan.

Habib Jakfar sangat teguh menjaga ajaran salafus shaleh. Beliau beramal sesuai amal mereka dan berakhalak persis ahlak shalafus shaleh. Bisa dikatakan beliau adalah “duplikat” para salafnya.

Baca Juga  Kapolda Aceh Doakan Kesembuhan Abu Tumin

Selain itu Habib Jakfar adalah ulama yang tekun beribadah, selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan melakukan amal sholeh. Sifat mulia ini bisa dilihat ketika bliau sedang shalat. Saat itu beliau sangat khusyu’ bagaikan tiang yang tegak berdiri.

Tak pernah sekalipun meninggalkan shalat berjamaah dan shalat sunah rawatib. Amal ibadah diutamakan membaca Al-Qur’an. Amalan ini yang menjadi keistimewaan beliau, karena tiada hari tanpa menghatamkan Al-Qur’an dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.

Malam harinya dihidupkan dengan beribadah. Di tengah malam beliau menyendiri di tempat khusus dengan memperbanyak istifgfar. Di saat itu, tak seorang pun berada disisinya, kecuali bila ada tamu berkunjung atau menginap di rumahnya.

Maka menjelang fajar belaiu bangkit untuk menuangkan kopi bagi tamu-tamunya. Begitulah kebiasaan beliau, menuangkan kopi sendiri dengan tangannya yang mulia, baik tamunya sedikit maupun banyak. Beliau jarang mengijinkan orang lain melakukannya.

Beliau dikenal sangat akrab dengan para tamu, tak jarang pula tamu yang datang tidak sekedar mampir di majlisnya namun juga mengambil berkah dari Barkatusy Syifa’ (kolam penyembuhan) yang terletak di ruangan depan, tempat shalat, pengajian dan dzikir.

Air minum Habib Jakfar berasal dari kolam itu. Sementara yang memberi nama Barkatusy Syifa’ (kolam penyembuhan) adalah Habib Husein bin Muhammad A-Hadad, dan kolam itu masih ada hingga sekarang.

Habib Jakfar adalah ulama yang sangat sabar dalam menghadapi setiap ujian dan cobaan. Bertahun-tahun, beliau menyembunyikan penyakit yang menimpanya. Tak pernah terdengar sedikitpun keluh kesahnya. Sampai-sampai keluarganya pun menyangka penyakitnya hanya bengkak di pipinya. Sampai di akhir usianya baru terungkap lebih dari 12 penyakit yang dideritanya.

Dalam berbagai kesempatan, beliau berpesan agar selalu berabar. Bahkan setelah wafat pun beliau muncul dalam mimpi anak cucunya untuk mewasiatkan kesabaran. Seperti diceritakan putra beliau Abdulah bin Jakfar. ”aku bermimpi melihat ayahku di atas makamnya amak aku merangkul; beliau dan meminta doa, lantas beliau berkata “Selalulah kamu bersabar,”

Habib Jakfar bin Syaikhon merupaka ulama besar dan sempurna dalam meneladanai Rasulullah SAW. Hal ini menjadikan kedudukan beliau sangat dekat dengan Habibuna wa Murabuna Nabi Muhammad SAW. Buktinya, banyak para sholihin yang memimpikan Nabi SAW dengan wajah mirip Habib Jakfar. Diantaranya Habib Zain bin Abdullah Al-Kaff dan Habib Abdul Kadir bin Ahmad Bilfagih (Malang). Ini adalah isyarat bahwa Habib Jakfar adalah Khalifah Rasulullah SAW.

Kehidupan ini memang berada di tangan Allah SWT. Begitu pula kehidupan sang Wali pengabdi vAl-Qur’an, Al Habib Jakfar bin Syaikhon Assegaf. Beliau wafat dalam usia 76 tahun. Tepatnya pada hari Senin 14 Jumadil Akhir 1374 H. Berita tentang wafatnya waliuyullah ini cepeat beredar ke seluruh pelosok tanah air, sehingga pemakaman pun diundur sampai hari selasa sore.

Masyarakat berdatangan dari segala penjuru menuju Pasuruan. Puncaknya ketika shalat jenazah berlangsung , rumah-rumah penduduk dan ruas-ruas ajalan serta relung kota penuh sesak dijejali manusia yang ingin berziarah sekaligus ikut menshalati jenazah Wali Allah ini.

Baca Juga  Habibi Tewas Tenggelam di Krueng Teupin Pata

Yang menjadi imam shalat jenazah pada saat itu adalah Habib Ahmad bin Ghalib Al Hamid. kemudian makam beliau disandingkan atau berdampingan dengan makam Habib Hadi bin Shadiq bin Syaikh abu bakar.

Habib jakfar telah wafat, jasadnya telah terkubur dalam tanah. Namun semangat dakwah dan ibadah belaiu tak pernah mati. Masih meliputi orang-orang yang mencintai beliau termasuk masyarakat Pasuruan.

Masjlis-majlis yang telah ia bina dan rintis justru semakin berkembang. Terbuktai majlis dzikir dan hizib di tempat kediaman oleh menantunya Habib Abdul Qadir Assegaf, semakin terus berkembang. Lebih-lebih ketika majlis ini diteruskan oleh sang cucu, yakni Habib Taufiq bin Abdulqadir Assegaf, yang saat ini menjabat sebagai Ketua Rabitah Alawiyah,di Jakarta.

Haul

Peringatan haul tahun ini akan digelar pada Sabtu-Minggu, 7-8 Januari 2022 dengan ziarah serta Rauhah. Di mana pada Sabtu dibuka dengan majelis Rauhah dan puncaknya Minggu 8 Januari 2023 dengan Maulid Naby SAW yang dipimpin Habib Anis al Habsy (Solo).

Dalam haul dibacakan manakib oleh Habib Abubakar dan Habib Syaikhon Assegaf berlanjut ceramah agama, Habib Jilani yang diterjemahkan Habib Alwi bin Ali al Alwi Habsyi (Habib Alwi Kuadrat).

Habib Jilani al Habsyi menyatakan pentingnya persatuan. “Satu yang lain saling menghargai seperti kisah murid-murid imam Syafi’i. Ada seorang murid yang menjauh dari kelompoknya Imam Syafi i mendatangi murid salah seorang muridnya. Kemudian Imam Syafi’i menasehati muridnya agar mengakhiri permusuhan. Karena masih banyak persoalan umat yang perlu diselesaikan.

Demikian juga Habib Jilani juga mengajak jamaah untuk meneladani ulama terdahulu.

“Hari ini bukan untuk bersedih, tapi untuk bergembira bersama Habib Jakfar bin Syaikhon Assegaf,” kata Habib Jilani.

Ceramah kedua disampaikan Habib Alwi bin Abubakar Alaydrus. Dalam ceramah kedua itu menekankan tentang pentingnya panutan yang tersambung dengan panutan  sampai Rasulullah SAW. Di setiap jaman ada bintang-bintang yang mengikuti sunnah SAW dan setelahnya. Allah SWT menurunkan orang yang setiap jaman untuk mengikuti ulama soleh yang kasat mata maupun yang tidak kasar mata.

“Tapi mengikuti orang berlimpah ruah bukan suatu keteladanan.Tapi ikutilah orang soleh yang penuh keteladanan,” kata Habib Alwi.

“Teladan dari Habib Jakfar ini kita bisa mengukur sampai dimana kita.Dan harapannya kita bisa mengambil pelajaran, barokah dari sohibul Haul,” tabahnya.

Cermah ketiga diisi Habib Abdurahman Al Mashur dan diterjahkan Habib Muhsin Banyuwangi.

Puluhan ribu jamaah datang dari berbagai penjuru untuk mengikuti acara Haul ini yang berada di sebelah selatan masjid Agung An Anwar, Pasuruan sampai ke arah barat, meluber ke sepanjang alun-alun.[Aji Setiawan]

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *