SOSOK Chairil Anwar, tentu tidak asing lagi di Indonesia. Sastrawan satu ini, Namanya mulai diperkenalkan bagi anak-anak Indonesia sejak duduk di sekolah dasar (SD), dengan puisi-puisinya yang membangkitkan semangat.
Chairil Anwar lahir di Medan, Sumatera Utara, 26 Juli 1922 dan meninggal dunia pada 28 April 1949 di Jakarta. Menariknya, tanggal lahir dan tanggal meninggalnya diperingati menjadi Hari Puisi di Indonesia.
Tanggal lahirnya, 26 Juli diperingati sebagai Hari Puisi Indonesia. Sekitar 40 orang penyair dari seluruh Indonesia mendeklarasikan penetapan tanggal tersebut di Riau. Teks deklarasi dibacakan oleh Sutardji Calzoum Bachri pada 22 November 2012.
Sedangkan, tanggal meninggalnya, 28 April diperingati sebagai Hari Puisi Nasional. Pemerintah menjadikan tanggal meninggal tersebut menjadi Hari Puisi Nasional. Chairil adalah penyair telah melahirkan 96 karya dan 70 di antaranya adalah puisi.
Berkat dedikasinya itu, HB Jasin menobatkan Chairil Anwar sebagai pelopor Angkatan ’45. Dia merupakan anak satu-satunya dari pasangan Toeloes dan Saleha, keduanya berasal dari Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.
Sejak usia 15 tahun, Chairil sudah bertekad menjadi seorang seniman. Saat usianya menginjak 19 tahun, Chairil bersama ibunya hijrah ke Jakarta. Sejak saat itulah, ia makin kental mengenal dunia sastra.
Chairil meninggal dalam usia muda di Rumah Sakit CBZ (sekarang Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo), Jakarta pada 28 April 1949. Penyebab kematiannya tidak diketahui pasti. menurut dugaan lebih karena penyakit TBC. Ia dimakamkan sehari kemudian di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta.
Selama hidupnya, Chairil telah menulis sekitar 94 karya, termasuk 70 puisi; kebanyakan tidak dipublikasikan hingga kematiannya. Puisi terakhir Chairil berjudul ‘Cemara Menderai Sampai Jauh’, ditulis pada 1949
Peringatan Hari Puisi Nasional ini bukan hanya untuk mengenang Chairil Anwar, tetapi juga untuk menghidupkan semangat berpuisi. Merenungkan makna di balik setiap larik, dan melestarikan semangat kreatif di tengah masyarakat.
Dua diantara karyanya yang bisa dinikmati puisi “Aku dan Diponogoro”. Dari puluhan karyanya yang kini tersebar diberbagai platform media.[andinova]