halaman7.com – Purbalingga: Dampak kenaikan BBM sekalipun naik 10%, namun berdampak besar terhadap kenaikan bahan pokok. Rata-rata kenaikan harga mulai pedagang grosiran maupun eceran mengalami kenaikan fluktuatif 10-20% dari harga sebelumnya.
“Kenaikan harga ini tidak bisa bisa dihindari. Mulai dari transportasi, biaya angkut harga barang dari distributor dan dari pabrikan juga mengalami kenaikan,” kata Kusriyanto, pedagang kecil di Desa Cipawon, Bukateja, Purbalingga, Selasa 13 September 2022.
Khusus harga beras. Di tingkat eceran sudah tembus Rp10.000. Rata-rata pengepul gabah membeli padi470.000-480.000 gabah basah/kwintal. Sementara gabah kering Rp550.000. Dari gabah basah seharga Rp480.000/kg ketika dikeringkan Rp550.000/kg.
“Kita pedagang beras hanya ambil untung 10.000 per kwintal. Itu pun untuk biaya jamur, transportasi serta tenaga angkut dan biaya penggilingan,” kata Hasyim pedagang gabah.
Rendahnya harga gabah memang dikeluhkan petani. Apalagi saat ini panen juga kurang memuaskan. Namun dengan ada subsidi pupuk dari pemerintah, paling tidak sedikit membantu petani.
”Panen tahun ini memang kurang menggembirakan, seiring kenaikan BBM. Petani sedikit terbantu dengan adanya subsidi pupuk,” kata Warsono, salah seorang petani.[Aji S | red 01]