Catatan: Iranda Novandi
BUAYA Asam Kumbang, di Medan Sumatera Utara, merupakan salah satu destinasi wisata yang sempat terkenal mashur di zamannya. Rasanya, tak lengkap jika berkunjung ke Medan. Jika tak berkunjung ke penangkaran buaya satu ini.
Wisata penangkaran buaya di Medan di dirikan Lo Tham Muk sejak 1959 ini. Awalnya hanya ada 12 ekor buaya saja. Seiring pesatnya kunjungan, penangkaran buaya yang dibangun di atas tanah seluas 2 hektare ini, pada 2018, memiliki sekitar 2.800 ekor buaya.
Reptil buas yang ada di Asam Kumbang ini, ada yang telah berusia sepuh, mencapai 50 tahun. Artinya, hampir seumuran dengan usia penangkaran itu sendiri, yang kini masih bertahan setelah 64 tahun.
Saat halaman7.com berkunjung disela-sela peringatan Hari Pers Nasional (HPN) di Medan Sumatera Utara, awal Fabruari lalu. Terlihat masih banyak warga atau wisatawan yang berkunjung ke sana.
Menariknya, ada bak atau kolam khusus yang disediakan pengelola untuk membedakan usia para buaya tersebut. Disamping ada satu kolam besar dan luas tempat menampung ribuan buaya tersebut.
Asam Kumbang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan, di tengah munculnya berbagai distinasi modern di tengah megahnya Kota Medan ini. Namun, buaya Asam Kumbang masih menggoda bagi wisatawan untuk berkunjung kesana.
Tentu ini juga salah satu wisata edukasi. Menjadi daya pikat bagi wisatawan untuk mengenal hewan yang kerab diplesetkan bagi para lelaki yang suka memainkan hati wanita. Kita tentu (mungkin) pernah mendengar, selama buaya itu di air dia akan tetap baik, kecuali sudah ke darat, jadi buaya darat.
Sedikitnya, ada 78 bak yang disiapkan untuk penangkaran buaya ini. Guna menghidupkannya, pengelola sedikitnya, membutuhkan 1 ton daging untung makan para buaya ini. Biayanya, tentu dikenakan dari tiket masuk. Dimana setiap pengunjung dikenakan biaya Rp10.000 per orang.
Bagi pengunjung yang ingin berfoto bersama buaya, pengelola menyediakan satu buaya muara. Ingat buaya muara, bukan buaya darat. Hehehe… Setiap pemotretan dengan buaya ini dikenakan biaya sebesar Rp5.000.
Pengunjung bisa tiduran, menaiki seperti hewan tunggangan, memangku buaya tersebut. Ups.. Jangan kawatir. Buaya yang dijadikan model pemotretan ini mulutnya sudah di ikat dan tidak melawan. Melainkan sangat humble dengan pengunjung. Tentunya, juga di awasi secara ketat oleh pengelola atau pawing buaya profesional. Guna memberikan rasa aman dan nyaman, yang ingin berswafoto atau berfoto dengan buaya satu ini.
Dari amatan penulis, semua bak atau kolam penangkaran sangat aman bagi pengunjung. Karena semuanya ditutup dengan jeruji kawat. Sehingga, pengunjung bisa nyaman melihat para buaya itu dalam jarak dekat.
Selain itu, pengunjung juga bisa melihat persahabatan antara buaya dan burung bangau putih. Sebab, disalah satu kolam raksasa tempat ribuan buaya itu, ada banyak bagau liar yang bermain disekitarnya. Bahkan, terkadang sesekali sang bagau hinggap guna mengusili sang buaya. Meski terkadang ada saja bangau usil yang naas tersambar gigitan buaya.
Ada dua jenis buaya yang dipelihara disini, yakni buaya muara dan buaya Sinyulung. Konon, ini katanya, tempat penangkaran buaya terbesar di asia tenggara. Makanya, tak heran, jika Buaya Asam Kumbang ini tetap menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Berawal dari hobi memeihara reptil dengan bermodal buaya yang diberikan temannya. Penangkaran Buaya Asam Kumbang yang didirikan Lo Tham Muk ini, masih bertahan hingga saat ini.
Bagi anda yang masih penasaran dan ingin berkunjung pada liburan akhir pekan ini. Melihat langusng para buaya ini, bisa langsung berkunjung ke Jalan Bunga Raya II No 8, Asam Kumbang, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan, Sumatera Utara. Penangkaran buaya ini selalu buka sejak pagi hingga pukul 18.00 Wib.[]