Sihir Siti Rubiah dari Pulau Weh

Seorang pengunjung berfoto di grafiti Pulau Rubiah.[FOTO: h7 - dok Iranda Novandi]

Catatan: Iranda Novandi

NAMA Siti Rubiah, bukanlah nama asing bagi masyarakat di Pulau Weh, Sabang. Di kota letak kilometer 0 (nol) Indonesia ini, Siti Rubiah merupakan leganda abadi. Hingga namanya ditambalkan menjadi nama salah satu pulau kecil yang indah dan eksotik, yakni Pulau Rubiah.

Makam Siti Rubiah.FOTO: h7 – Iranda Novandi]

Siti Rubiah yang bernama asli Umi Sarah Rubiah, sendiri merupakan istri seorang ulama termashur di zamannya, Tengku Ibrahim. Tgk Ibrahim tinggal bersama istrinya Siti Rubiah di satu kawasan tersembunyi di Sabang, yang diberi nama Iboih. Sehingga, Tgk Ibrahim pun diberi gelar Tgk Iboih.

Di tempat itu, sepasang ulama terpandang ini menyebarkan agama Islam bagi penduduk setempat. Hanya saja, karena berbeda pandangan, akhirnya kedua suami istri ini terpisah jarak yang membelah lautan.

Menurut Tri, pemandu snorkeling di kawasan Iboh dan Rubiah yang ditemui halaman7.com, perpisahan kedua ulama terpandang di kawasan ini, karena ada selisih paham. Dimana, Siti Rubiah kala itu, memelihara seekor anjing.

Namun, karena dalam pandangan Islam, anjing itu hewan najis dan haram. Maka, Tgk Ibrahim meminta istrinya, untuk tidak lagi memelihara hewan tersebut. Namun, Siti Rubiah tetap kukuh dengan pendiriannya, bahwa memelihara anjing itu tetap bisa, sejauh tidak menyentuhnya.

Karena, tidak ada titik temu antara keduanya. Akhirnya, Tgk Ibrahim memperbolehkan Siti Rubiah memelihara anjing. Hanya saja, hal itu tidak di lakukan di kawasan Iboih. Melainkan harus diasingkan ke pulau yang ada diseberang pantai Iboih itu.

Prasasti tentang kisah Siti Rubiah.FOTO: h7 – Iranda Novandi]

Saran dan pandangan Tgk Ibrahim itu diterima dengan ikhlas oleh Siti Rubiah. Hingga diasingkanlah ia di pulau tersebut hingga akhir hayatnya dan dimakamkan disana pulu. Saat ini pulau tersebut dinamai dengan namanya, Pulau Rubiah.

Baca Juga  Peringatan HUT RI di Pulau Terluar Indonesia

Siti Rubiah wafat dalam usia 47 tahun. Dari prasasti yang ada di lokasi makam itu disebutkan, perempuan asal Aceh Singkil ini lahir sekitar 1732 dan meninggal pada 1779.

Dari penelusuran halaman7.com, di area pemakaman itu, ada dua makam yang sejajar letaknya. Satu merupakan makam Siti Rubiah dan satu lagi, tidak diketahui makam siapa. Namun, warga Iboih menyakini itu makam kerabatnya yang ikut bersama Siti Rubiah saat diasingkan ke pulau tersebut.

Sedangkan, menurut Tri, makam Tgk Ibrahim sendiri saat habis hayatnya dimakamkan di ujung pantai Iboih itu sendiri.

Karantina Haji

petunjuk lokasi makam Siti Rubiah dan bekas Karantina Haji di Pulau Rubiah.[FOTO: h7 – Iranda Novandi]
Dari berbagai referensi dan literasi, konon kawasan Pulau Rubiah ini sempat dijadikan karantina haji pada masa penjajahan Belanda. Pulau ini dijadikan karantina bagi jemaah haji yanghendak pergi pulang dari tanah suci untuk menunaikan ibadah haji.

Kebijakan ini diambil pihak Belanda, pada 1920, karena bagi orang yang pulang berpergian dari luar negeri, termasuk saat menunaikan ibadah haji, saat pulang ke tanah air akan membawa penyakit. Makanya, guna menormalkan, mereka dikarantina selama 40 hari.

Belanda mendirikan bangunan untuk para Jemaah haji yang dikarantina tersebut. Hanya saja, pada 1944 saat terjadi pergolakan antara Jepang dan Belanda. Tempat karantina itu di bom sendiri oleh Belanda. Dengan alasan, tempat tersebut dijadikan tempat bersembunyi tentara Jepang yang bertempur dengan Belanda.

Pascakejadian itu, tak ada lagi karantina bagi jemaah haji Indonesia. Namun, Sabang sendiri hingga tahun 1970-an, tetap dijadikan kawasan pemberangkata jemaah haji Indonesia, dengan menggunakan kapal laut.

Saat ini, ‘sihir’  Siti Rubiah menjadikan kawasan itu menjadi salah satu distinasi favorit jika orang berkunjung ke Sabang. Rasanya, tak sempurna jika liburan ke Sabang, namun tak bisa mengunjungi tempat ini.

Baca Juga  Puluhan Mahasiswa Australia Kunjungi Sabang

“Tempat ini selalu ramai dikunjungi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Tidak saja pada hari libur saja,” ujar Tri yang mendampingi halaman7.com saat berkunjung ke kawasan tersebut.

Banyak hal yang menjadi daya tarik pulau Rubiah. Salah satunya dianggap ‘surga’ bawah laut yang terindah di Indonesia. Para wisatawan bisa menikmati keindahan bawah laut ini dengan melakukan skorkeling dan diving (meneyelam).

Terdapat 14 dari 15 biota laut yang dilindungi di Indonesia berada di pulau ini. Terumbu karang dan berbagai biota laut ini, tetap dijaga. Ada aturan adat yang tak tertulis namun dipatuhi masyarakat yang berkunjung kesana. Aturan tersebut diantaranya, dilarang memancing dikawasan tersebut, dilarang mengebom ikan atau terumbu karang dan merusak alam sekitar.

Seakan ada sanksi moral jika orang melakukan hal-hal yang terlarang disana. Dimana, para pelaku meskipun tidak tersentuh hukum, namun bisa ketiban sial dari perbuatan tersebut.

“Sabang ini negeri yang dijaga dan dilindungi para ulama,” ujar Tri.

Maka tak heran, jika ada orang yang menderita penyakit akibat diguna-guna orang di daratan Aceh, jika berkunjung ke Pulau Rubiah, penyakit itu bisa hilang sendiri. Seakan terkena sihir Siti Rubiah, untuk mengobatinya.

Percayakah? Wallahu A’lam Bishawab.[]

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *