PEKAN Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh Sumut memang merupakan ajang mengukir prestasi dan prestise bagi semua daerah di Indonesia yang ikut serta dalam ajang multi olahraga empat tahunan di Indonesia.
Ternyata, PON kali ini bagi Aceh yang dinobatkan sebagai tuan rumah, bukan saja menjadi ajang pembuktian prestasi dan prestise. Namun juga menjadi ajang lucu-lucuan bagi masyarakat Aceh secara umum dan khususnya daerah kabupaten/kota yang menjadi tuan rumah penyelenggara.
Setidaknya ada tiga kelucuan yang terkocak dilakukan Pemerintah Aceh pada PON XII Aceh Sumut ini. Pertama, anak-anak sekolah diliburkan, ASN atau PNS kerja dari rumah dan pergerakan pertumbuhan ekonomi yang tak merata dan cenderung pilih kasih.
Pemerintah Aceh memberlakukan Pola bekerja secara Daring (Work From Home/WFH) bagi ASN dan sekolah yang berdekatan dengan venue atau titik pelaksanaan PON XXI Aceh Sumut. Pola WFH ini bertujuan menghindari kemacetan lalu lintas serta penumpukan massa selama pelaksanaan berbagai kegiatan terkait PON XXI/2024 Aceh-Sumut.
Kebijakan itu tertuang di dalam Surat Edaran (SE) Gubernur nomor 800/9042 tentang Pelaksanaan Sistem Kerja ASN dan Tenaga Kontrak dan Sistem Belajar Selama Pelaksanaan PON XXI/2024 Aceh-Sumut Wilayah Aceh. Surat edaran ditanda tangai (penjabat) Pj Gubernur Aceh, Dr Safrizal ZA MSi.
Yang menjadi kelucuan dari kebijakan ini, yakni sekolah-sekolah yang jauh dari venue PON juga memberlakukan hal yang sama. Dimana, sekolah-sekolah yang jauh juga memperlakukan sama dengan sekolah dekat dengan venue PON.
Seharusnya dalam surat tersebut, Pj Gubernur lebih tegas untuk menentukan sekolah yang boleh diliburkan atau sekolah secara daring. Kalaupun tidak dalam surat Pj Gubernur, setidaknya Dinas Pendidikan Aceh membuat surat edaran sebagai bentuk kekhususan dari SE Pj gubenur, dengan menentukan sekolah yang Daring, seperti SMK 1,2,3 Banda Aceh yang lokasinya di depan Stadion Harapan Bangsa.
Cobalah berpikir positif, Aceh belum merdeka dalam hal pendidikan. Pendidikan Aceh masih jauh dibawah daerah atau provinsi-provinsi lain. Jangan korbankan dunia pendidikan, untuk hal sama-sama belum bisa kita banggakan. Prestasi olahraga Aceh juga tidak baik-baik saja.
Belum ada prestasi yang membanggakan Aceh dalam kancah PON sebelum-sebelumnya. Sejumlah emas yang sudah didapat di PON XXI ini, berasal dari atlet luar non Aceh yang dibeli. Contoh kecil, emas yang diperoleh dari olahraga Paramotor, ternyata atlet asal Jawa Tengah yang “dibajak” hingga kontingen Jawa Tengah melakukan protes keras.
Kelucuan selanjutnya, kala para ASN diberi kesempatan untuk kerja dari rumah (WFH). Perlu kita sadari, selama ini saja, tanpa kerja dari rumah, layanan atau kinerja ASN rata-rata di Aceh tidaklah baik-baik juga.
Bagaimana, kalau mereka harus bekerja dari rumah. Ini sesuatu yang sulit bisa dipercaya. Kerja di kantor juga ogah-ogahan, apalagi kerja dari rumah. Yang betul kerja memenuhi warung kopi (Warkop) untuk bercengkrama dengan sesame teman, yang ujung-ujungnya meng-ghibah dari kebijakan Pj gubernur sendiri yang notabene atasannya dij jenjang birokrasi.
Terakhir, kelucuan itu saat para masyarakat marjinal makin tersingkirkan. Hal ini muncul, dengan adanya satu orang penarik becak yang merasa tidak ada manfaatnya PON XXI di Aceh ini. Karena, mereka merasa di diskreditkan.
Konon mau berbicara kalau PON akan meningkatkan dan menggerakan perekonomian masyarakat. Ternyata, para abang becak merasa tidak bisa bergerak leluasa dalam mencari rezeki. Ada apa?
Keluhan abang becak ini ibarat puncak gunung es. Ini baru yang terungkap, bisa jadi banyak hal lain yang dirasakan masyarakat ekonomi bawah yang merasa tak ada manfaat PON bagi mereka, meski Aceh jadi tuan rumah.
Waktu masih panjang, masih banyak kesempatan untuk berbenah. Jadikanlah PON Aceh ini benar-benar menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Bukan terasa asing bagi masyarakat Aceh. Safrizal bukanlah orang sembarang, kami yakin dia mumpuni untuk bisa membenahi itu semua menjadi lebih baik.
Intinya, jangan ada lagi ABS (Asal Bapak Senang). Dr Safrizal selaku birokrat sejati pasti tau itu, untuk bersihkan duri dalam daging.[]