halaman7.com – Banda Aceh: Walikota Banda Aceh Aminullah Usman mengungkapkan, Banda Aceh sebagai kota dagang dan jasa harus punya program ekonomi yang mantap. Tentunya sebagai walikota Aminullah punya resep tersendiri untuk menjadikan kota Banda Aceh sebagai Kota Dagang dan Jasa tersebut.
Untuk itu, langkah pertama, mendirikan lembaga keuangan mikro syariah PT Mahirah Muamalah untuk membantu permodalan bagi pengusaha kecil yang tak bisa mengakses perbankan.
“Alhamdulillah sudah ribuan pelaku UMKM yang kita bantu termasuk pedagang asongan dan nyak-nyak penjual sayur di kaki lima. Dan PT Mahirah pun berkembang pesat. Belum sampai dua tahun aset sudah di atas Rp26 miliar,” ujar Aminullah
Kemudian pelatihan skill dan penyaluran peralatan/perlengkapan kerja bagi angkatan kerja rutin digelar di Banda Aceh, baik melalui baitul mal maupun dinas atau lembaga terkait. Yang tak kalah penting, program 1.001 even setahun dan menggalakkan sektor wisata juga telah mendorong tumbuhnya UMKM dan pengusaha-pengusaha muda kreatif di Banda Aceh.
“Jumlah UMKM Banda Aceh melonjak tajam dari 2017 berjumlah 9.591 unit, menjadi 10.944 unit pada 2018. Tahun lalu naik lagi menjadi 12.012. Saat ini UMKM telah menjelma sebagai tulang punggung perekonomian kota, sejalan-seiring dengan pariwisata yang terus kita genjot,” katanya.
Semua upaya tersebut telah mendongkrak perekonomian masyarakat dan kota secara umum. Pertumbuhan ekonomi Banda Aceh terus naik, dari 3,39 pada 2017 menjadi 4,49 persen pada 2018. Pendapatan per kapita juga naik dari Rp 64,2 juta menjadi Rp 66,2 juta per tahun. Kemudian inflasi juga turun dari 4,86 ke 1,93 persen.
Selain itu, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Banda Aceh 2019 yang tercatat 85,07 juga menjadi terbaik nasional. “Kita memang masih di bawah Yogyakarta dengan IPM 86,65, tapi Jaksel bisa kita salip karena IPM-nya di bawah Banda Aceh yakni 84,75,” tuturnya.
Naiknya IPM Banda Aceh tak terlepas dari tren menurunnya angka kemiskinan dan pengangguran dari tahun ke tahun. “Angka kemiskinan 2017 7,44 persen, 2018 7,25, dan 2019 tersisa 7,22. Sementara pengangguran pada 2018 tinggal 7,29 persen, turun jauh dari 12 persen pada 2015 silam,” ujar Aminullah.[ril/red 01]