Cempege Institute Minta Bupati Buat Regulasi Masalah Kopi

halaman7.com – Redelong: Direktur Cempege Institute Khairuddin mengungkapkan, dampak ekonomi akibat menyebarnya virus covid-19 sudah dirasakan masyarakat makin kentara, hampir seluruh sektor usaha terdampak termasuk perdagangan kopi global.

Giringan opininya seluruh buyer kopi mengurangi bahkan membatalkan kontrak pembelian. Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah dan Gayo Lues sebagai daerah dengan kopi sebagai penyangga utama ekonomi mulai merasakan dampak dari kondisi ini.

Kondisi di semakin berat karena produksi beras di Kabupaten ini sangat rendah, sehingga tidak mampu mencukupi kebutuhan bahan pokok di daerah.

Untuk menangani ini pemerintah telah mencoba mengaktifkan resi gudang untuk membeli dan menyimpan kopi petani.

Dilematisnya, jika pemerintah mau menalangi pembelian kopi Arabika Gayo, dana yang dibutuhkan mencapai Rp3,3 triliun untuk tiga kabupaten produsen kopi arabika Gayo, yakni Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues.

“Untuk Aceh Tengah saja, hasil produksi kopi Arabika per tahun mencapai Rp1,8 triliun sebagaimana dilansir media lokal di Aceh,” ujar Khairuddin, Selasa 22 April 2020 di Redelong.

Gambaran kondisi ini, lanjutnya,akan sangat menyulitkan bila daerah harus mampu membeli seluruh kopi petani dengan waktu penjualan yang belum pasti, untuk itu diperlukan berbagai skema yang mungkin di tempuh agar petani kopi mampu bertahan.

Menurut Khairuddin, terdapat beberapa strategi yang saat ini dianggap dapat menjadi alternative menyelesaikan masalah yaitu resi gudang, namun sayangnya pengelolaan resi gudang tidak dikelola oleh BUMD.

“Jadi jika berharap resi gudang mampu menstabilkan harga kopi untuk saat ini, kita masih kurang yakin,” ujarnya.

Terkait dengan kondisi saat ini jika melihat data SKA Kabupaten Aceh Tengah untuk bulan Januari  sampai April, beberapa eksportir masih tetap melakukan pengiriman kopi Arabika Gayo kebeberapa negara yaitu Australia, Canada, China, Jerman, Inggris, Korea Selatan, Singapore, Taiwan, Amerika dengan harga rata-rata diperkirakan 5 US$.

Baca Juga  Babinsa Kejuran Muda Gerilya di Pasar Ingatkan Prokes

“Untuk itu kita berharap pemerintah daerah harus berani bertindak terhadap kejadian ini,” tambahnya.

Dikatakan, ada beberapa hal yg harus menjadi catatan, yakni: Pertamà adalah ke transparan harga kopi kepada petani.

Kedua, Certifikat OF Origin (COO) atau biasa disebut SKA surat keterangan asal kopi wajib di ketahui publik terutama petani kopi melalui Dinas Perdagangan Aceh Tengah dan Perdagangan Aceh. Ini penting, karena dalam COO disebutkan harga kopi, tujuan negara dan jumlah barang.

“Setiap SKA COO bisa di keluarkan Dinas Perdagangan karena sudah ada komitmen si pembeli dengan exsportir,” jelasnya.

Ketiga, setiap barang yang keluar ke Medan di ritribusi 35 atau kem wajib menunjukkan SKA COO karena ada kekuatiran kopi menjadi SKA Medan dan ini efektif untuk menekan eksportir Medan untuk keterbukaan harga.

Keempat, setiap koperasi yang memiliki sertifikasi organik, failtrade wajib membeli kopi petaninya. Ini harus diatur dengan peraturan bupati.

“Bupati menjadi Pahlawan yang sangat diharapkan dalam menyelamatkan pertumbuhan ekonomi khususnya diwilayah Bener Meriah” ujarnya.

Dikatakan, situasi ekonomi telah darurat, semoga pemerintah daerah Bener Meriah, dapat dengan segera bertindak, mengigat Kopi adalah tulung punggung masyarakat Gayo.[ril | red 01]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *