Pembaca halaman7.com yang berbahagia
LIBURAN Idul Fitri 1443 H, memang sesuatu yang sangat luar biasa. Pasalnya, ratusan ribu warga Aceh bahkan jutaan masyarakat Aceh melakukan pergerakan dari satu daerah ke daerah lain.
Ini tentunya, karena pemerintah membuka ‘kran’ untuk memperbolehkan mudik alias pulang kampung, meski sisa pendemi Covid-19 masih membekas. Dibadingkan dalam dua tahun terakhir, mudik ini seakan ‘tabu’.
Meskipun ada yang mudik saat lebaran 2020 dan 2021, namun itu dilakukan secara diam-diam. Karena, pemerintahpun melarang melakukan mudik, guna menghindari penyebaran Covid-19.
Dengan dibukanya ‘kran’ mudik ini, maka mobilitas masyarakat di Aceh pun tak terbendung. Laksana air bah yang lepas, tumpah ruah di hampir semua daerah. Tentu saja, pascasilaturrahmi dengan sanak keluarga pada lebaran pertama dan kedua. Maka pada hari selanjutnya, objek wisata menjadi serbuan para warga.
Lihat saja, ribuan warga dari berbagai daerah di Aceh ‘menyerbur’ Sabang. Mereka ingin mengisi liburan di Pulau Weh tersebut, meski harus rela antri dan desak-desakan agar bisa masuk pelabuhan dan menyeberang ke Sabang, melalui pelabuhan Ulee Lheu, Banda Aceh.
Tentu ini jadi Penomena langka yang terjadi. Rasanya, ini tak terjadi dalam dua tahun terakhir belakangan ini. ‘Serbuan’ wisatawan ini, membuat penginapan, baik hotel, losmen dan penginapan lain tak bisa menampung mereka di Sabang.
Akibatnya, para wisatawan ini rela untuk menyewa rumah warga untuk bisa tinggal satu atau dua hari disana. Bahkan, tak sedikit dari mereka yang harus rela tidur di alam bebas, seperti di lokasi Sabang Fair, untuk meregangkan badan setelah seharian berkeliling pulau tersebut.
Suasana yang tak kalah jauh beda juga terlit di Takengon. Penginapan juga full penghuni, termasuk villa dan homestay. Bahkan, ada yang rela kamping di pinggir danau, karena tak kebagian tempat penginapan.
Para wisatawan sangat menikmati keindahan alam di dataran tinggi Gayo tersebut. Salah satunya yang menjadi idola warga yakni, arung jeram Lokop Badak, H+1 Idul Fitri, arung jeram ini banyak diserbu para wisatawan dari berbagai daerah di Aceh termasuk luar Aceh.
Bukan saja di lokasi wisata, jalan lintas timur sumatera (Jalinsum) rute Banda Aceh-Aceh Tamiang dan lintas barat selatan Aceh (Barsela) rute Banda Aceh hingga Subulussalam serta jalur tengah tenggara Aceh sangat banyak dipadati pengguna jalan, baik roda dua maupun roda empat.
Kemacatan dan antrian panjang kenderaan, seakan menjadikan daerah (Aceh) ini, layaknya kota besar yang kepadatan dan mobilitas penduduknya tinggi. Diperkirakan, Sabtu-Minggu 7-8 Mei 2022, ke tiga rute lintas Aceh tersebut akan dipadati arus balik dari berbagai daerah ke kota tujuan awal.
Sungguh, saat ‘kran’ mudik taklagi ‘tabu’, maka suka citapun tak terbendung. Meski diantaranya terselip duka cita, karena tingginya angka kecelakaan di jalan raya yang mengakibatkan korban jiwa.
Memang segala sesuatu yang tersumbat itu, saat di lepas, tak bisa pula dibendung. Sebagai manusia silaturrahmi itu mutlak dan momen lebaran seperti saat ini adalah jawaban dari itu semua. Ya.. mudik dan bisa kembali ke kampong halaman untuk bersua dan menjalin serta mempererat silaturrahmi secara langsung, yang dua tahun belakangan tersumbat.
Banyak pembelajaran yang bisa kita petik dari itu semua. Tinggal bagaimana kita mengambil hikmahnya. Terakhir, selamat goodbye teror pandemi Covid-19.[h7]
Respon (1)