Oleh: Aji Setiawan
PERDAGANGAN rempah mengacu pada perdagangan antara peradaban-peradaban bersejarah di Asia, Afrika Timur dan Eropa. Rempah-rempah seperti cengkih, kapur barus, kayu manis, kapulaga, jahe, dan kunyit secara luas dikenal, dan sangat dicari dalam perdagangan di Dunia Timur zaman dahulu.
Tidak hanya awalnya rempah yang dicari, seluruh potensi alam berbareng penaklukan laut dan juga berkembangnya peradaban darat. Rempah-rempah tersebut menemukan jalan mereka ke Timur Tengah sebelum awal era Kristen, tempat sumber-sumber sebenarnya dari rempah-rempah tersebut dirahasiakan oleh para pedagang, yang mengkait-kaitkannya dengan cerita-cerita yang fantastis.
Jalur Sutra (merah) yang secara finansial penting dan rute perdagangan rempah-rempah (biru) diblokir Kesultanan Utsmaniyah sekitar 1453 dengan jatuhnya Kekaisaran Bizantium. Memacu eksplorasi yang awalnya termotivasi oleh temuan rute laut memutari Afrika dan memicu Zaman Penjelajahan.
Dunia Yunani-Romawi mengikuti perdagangan ini dengan berdagang di sepanjang Jalur Dupa dan jalur Romawi-Hindustan. Di tengah milenium pertama, rute pelayaran ke Hindustan (sekarang India) dan Sri Lanka (Romawi – Taprobane) dikendalikan Hindustan dan Ethiopia yang menjadi kekuatan perdagangan maritim Laut Merah.
Kekaisaran Aksum (sekitar abad ke-5 SM- abad ke-11 M) telah merintis rute Laut Merah sebelum abad ke-1 Masehi. Pada pertengahan abad ke-7 bangkitnya Islam berimbas pada ditutupnya rute darat kafilah yang melalui Mesir dan kanal para Firaun, dan memisahkan komunitas perdagangan Eropa dari Aksum dan Hindustan.
Pedagang-pedagang Arab akhirnya mengambil alih pengiriman rempah-rempah melalui pedagang Levant dan pedagang Venesia untuk Eropa, sampai bangkitnya Turki Utsmani yang memotong rute lagi tahun 1453. Jalur darat pada awalnya membantu perdagangan rempah-rempah, tapi rute perdagangan maritim menyebabkan pertumbuhan yang luar biasa dalam aktivitas komersial.
Selama periode Abad Pertengahan Tinggi dan Abad Pertengahan Akhirpara pedagang Muslim mendominasi rute perdagangan rempah-rempah maritim di seluruh Samudera Hindia. Mendapat keuntungan besar dari daerah sumber rempah-rempah di Timur Jauh (Asia Tenggara) dan mengirimkan rempah-rempah dari emporium perdagangan di Hindustan ke arah barat ke Teluk Persia dan Laut Merah, rute darat menuju ke Eropa.
Perdagangan rempah-rempah kemudian diubah oleh Zaman Penjelajahan Eropa, dikala perdagangan rempah-rempah, terutama lada hitam, menjadi sebuah kegiatan yang sangat penting bagi para pedagang Eropa.
Rute pelayaran dari Eropa ke Samudera Hindia melalui Tanjung Harapan yang memutari Afrika dipelopori penjelajah dan navigator Portugis Vasco da Gama pada 1498. Sehingga terciptalah rute maritim baru untuk perdagangan rempah-rempah.
Perdagangan rempah-rempah ini kala itu mendorong ekonomi dunia dari akhir Abad Pertengahan sampai ke zaman modern. Akhirnya mengantarkan era dominasi bangsa Eropa di Dunia Timur.
Kanal-kanal seperti Teluk Benggala, digunakan sebagai jembatan untuk pertukaran budaya dan komersial di antara beragam budaya kala negara-negara itu berjuang untuk menguasai perdagangan di sepanjang banyak rute rempah-rempah.
Dominasi Eropa berkembang dengan lambat. Rute perdagangan Portugis umumnya dilarang dan dibatasi oleh penggunaan rute kuno, pelabuhan, dan negara-negara yang sulit untuk didominasi. Kerajaan Belanda kemudian mampu melewati banyak masalah ini dengan merintis rute laut langsung dari Tanjung Harapan ke Selat Sunda di Nusantara.
Pidato Kebudayaan
Pada Hari Maritim Dunia, Dr Rizal Ramli (Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan RI) menyampaikan Pidato Kebudayaan. Ramli menyatakan Indonesia adalah bangsa Maritim. Pada abad 16, Portugis pada mengusai akhir abad 17 Spanyol beranggapan barang siapa yang mengusai laut maka akan mengusai dunia.
Pendapat itu juga dianut Inggris pada abad 18-19 itulah kenapa pengaruh kekuasaan Inggris membawa perubahan hukum, ekonomi, angkatan laut dunia. Pada pada abad 19 juga Amerika Serikat mengirim penjelajahan dunia yang juga membawa aspek hukum, ekonomi, ekonomi darat dan laut.
Abad pertama perahu rakyat yang kecil dari Sulawesi Selatan dan Pesisir Pulau Jawa sampai Korea Jepang, Sejarah pelayaran juga ditunjukan oleh kerajaan Majapahit dan Sriwijaya sampai Korea, Jepang bahkan Tanjung Harapan (Afrika.
Semasa hidupnya, ekonom senior Indonesia, Rizal Ramli pernah menyatakan, setelah Indonesia Merdeka, konsep pembangunan selalu di darat. Barulah pada era Gus Dur kementrian pertama dibentuk, kita harus memandang ke laut. Sampai juga era pemerintahan Jokowi koordinator Maritim di bawah Luhut Panjaitan. Karena kalau tidak hati-hati SDA bisa di ambil negeri lain.
Rizal Ramli kemudian berkisah saat rapat Kabinet dengan Luhut Panjaitan. Kita Damai dengan orang China itu di peta ada 7 titik. Saya tidak setuju. Kenapa pelayaran kita tidak sampai ke laut China Selatan (Laut Natuna Utara). Di Natuna lautnya sangat kaya sumber energi dan ikan. Cina protes karena mereka mengklaim sampai Laut Natuna utara wilayah mereka. China tidak boleh mengatur. Laut kita sudah mendapat persetujuan UNCLOS di bawah PBB sampai wilayah RI sampai Natuna.
Kita tidak boleh kejadian terulang seperti Sipidan dan Linggitan dimana di pulau tak berpenghuni itu akhirnya menjadi milik Malaysia karena nelayan Malaysia tinggal dan beranak pinak serta memakai bahasa Melayu, kantor pos dan bendera Malaysia.
“Ketika kita protes di pengadilan Internasional di Den Hag, kita kalah,” tambah Rizal Ramli.
Pada era Menteri Susi Pujiastuti muncul ide menenggelamkan kapal asing. Karena nelayan kita tidak di barat sampai ke timur tidak kaya. Kapal kita yang 30 ton biasa mendarat di wilayah pantura seperti Banten Utara, Jakarta Utara, Tegal, sampai Jawa Timur agar bisa berlayar tidak saja ke Kalimantan tapi juga ke Natuna Utara. Nelayan pasti senang karena itu kaya ikan.
Nelayan Pantura juga sebaiknya digeser ke Indonesia barat dan Indonesia timur. Selain itu nelayan juga perlu mendapat asuransi apabila meninggal agar anak-anak bisa sekolah, cacat karena celaka.
Rizal Ramli dalam pidato kebudayaan yang berlangsung selama 1 jam itu juga mengingatkan pentingnya pendidikan kelautan pada anak muda, mahasiswa, anak SMA agar diberi pengetahuan tentang kelautan.
“Betapa kaya raya Indonesia. Nelayan kita pernah sampai ke Tanjung Harapan, Jepang dan Korea. Harus ada sekolah yang unggul dan universitas yang mengajarkan pendidikan kelautam,” tambah Rizal Ramli.
Dikatakan, rempah Indonesia menjadi bahan bumbu yang semestinya menjadi salah satu olahan komoditi unggulan yang tiada duanya di dunia.
Demikian juga makanan dan minuman. Rendang, menjadi makanan favorit. Minuman kopi dengan segala variannya. Di era kekinian, es dawet, juga adalah bagian legenda kuliner yang diperlukan sebagai magnet kuliner lokal.
Olahan ikan yang tersebar dari Maldive, Sigli (Aceh) sampai Papua, yang diolah dengan bumbu rempah lokal, dibalut pesona bahari serta kerajinan kreatif menjadi daya tarik wisata bahari yang punya potensi besar menggerakan ekonomi nasional.[]
Penulis: mantan penulis majalah alKisah Jakarta