Masa Suram Bulutangkis Indonesia

ilustrasi

Pembaca halaman7.com yang berbahagia

BULUTANGKIS (badminton) Indonesia, kini bukan lagi bisa kita katakan olahraga yang paling membanggakan di tanah air ataupun di kancah Internasional. Saat ini, bulutangkis Indonesia memasuki masa suram.

Di kancah olahraga multi event sekalipun, bulutangkis Indonesia saat ini tak mampu berbicara banyak. Seperti halnya pada Asian Games 2022 yang diselenggarakan pada Oktober 2023 ini. Harapan Indonesia, sudah pupus di babak-babak awal. Paling banter, hanya sampai quarterfinal. Setelah itu tak berdaya lagi.

Keperkasaan China, Korea Selatan, Jepang di level Asia seakan tak tertandingi. Bahkan, melawan para pebulutangkis Malaysia, Thailand dan India, kini lebih mendominasi, membuat Indonesia tak berkutik.

Di era tahun 2000 ini, ini kali pertama Indonesia tak berdaya mempersembahkan mendali, jangankan mendali emas, perunggu pun tak mampu diraih. Pertanda apakah ini?

Belum lagi di level dunia, para pebulutangkis eropa seperti Denmark dan Spanyol, kerap kali menghentikan langkah pebulutangkis Indonesia dalam berbagai kejuaraan super series yang diselenggarakan badan bulutangkis dunia (BWF).

Meskipun Indonesia memiliki pebulutangkis ranking 1 dunia untuk Ganda Putra (Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto) atau peringkat 2 tunggal putra, Antoni Sinisuka Ginting, namun prestasi mereka mentok dalam berbagai kejuaraan dunia.

Hal ini tentu tidak bisa dianggap sepele. Namun, federasi bulutangkis Indonesia PBSI harus terbangun dan cepat tersadar. Untuk segera berbenah, memperbaiki semua hal yang kiranya menjadi penyumbat prestasi bulutangkis Indonesia.

PBSI harus berani melakukan revolusi menyeluruh, baik atlet dan pelatih serta menejemen. Dalam membenahi prestasi bulutangkis Indonesia. Platnas Cipayung, harus bisa menjadi sentral pembenahan ini. Harus segera dilakukan. Sebelum Indonesia sama sekali tak dianggap lagi, sebagai gudang pebulutangkis yang menakutkan dunia.

Baca Juga  Meilysa/Rose Juara Orleans Masters 2024

Ini harus dilakukan, disamping menghadapi turnamen resmi BWF. Indonesia juga harus berpikir untuk mengembalikan marwah bulutangkis Indonesia di Olimpiade Paris, Prancis 2024. Jangan sampai kenangan manis, Gresiya Polli/Apriani Rahayu, tinggal kenangan. Indonesia tak mampu unjuk prestasi di Paris, sama halnya di Asian Games 2022 di China.

Jangan tunggu lagi, selepas Asian Games 2022 ini, PBSI dan semua pihak yang memiliki kewenangan dalam hal prestasi olahraga terutama bulutangkis, harus rembug bersama guna membangkitkan bulutangkis Indonesia.

Semoga Bulutangkis Indonesia bisa bangkit lagi, kembali berjaya serta kembali disegani dan diatkuti di kancah internasional. Buktikan kalau bulutangkis Indonesia masih ada. Semoga.[h7]

Facebook Comments Box

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *